Musim
hujan, seperti juga musim lainnya, dinanti dan juga dibenci. Dinanti,
karena jika hujan, udaranya sejuk, segar dan membuat orang malas ke luar
rumah. Sebagian orang mengatakan cuaca di musim hujan membuat pikiran
jadi lebih kreatif karena hawanya yang sejuk. Selain itu, hawa sejuk
tersebut kerap memancing nafsu kuliner dan juga nafsu ****.
Namun, musim ini juga “dibenci”. Pasalnya, air hujan yang kerap datang
tiap hari pasti akan membuat jemuran susah kering, badan gampang
terkena flu jika kehujanan serta kendaraan yang gampang kotor karena terkena hujan sepanjang perjalanan.
Untuk kaum biker, atau
pengendara roda dua, musim hujan juga menjadi momok. Berbeda dengan
pengendara roda empat, atau penumpang angkutan umum, pengendara roda dua
tidak punya pilihan untuk bersandar di jok sembari mendengarkan musik atau tidur melepas lelah sambil menunggu tiba di tempat tujuan. Biker harus menghadapi hujan, entah itu gerimis mengundang hingga hujan deras tak kenal ampun.
Lalu bagaimana menghadapi musim penghujan
ini? Alam tidak bisa diprediksi, dan jika sudah mengeluarkan tabiatnya,
manusia tidak bisa melawan. Maka yang harus dilakukan hanyalah
beradaptasi. Marinir di belahan bumi manapun punya prinsip, “adapt and improvise”.
Artinya, mari kita beradaptasi dengan iklim, dan berimprovisasi untuk
kenyamanan dan keselamatan. Dan ternyata banyak juga orang yang
menikmati berkendara di tengah guyuran hujan. Bukan karena mereka
terpaksa, tetapi memang benar-benar menikmatinya. Beberapa rekan penulis
seperti bro Nadi dan Andry Berlianti, adalah contoh penikmat wet riding.
Lalu bagaimana menikmati berkendara saat hujan? Untuk menikmati wet riding Mulailah
dari hal yang sederhana yaitu kesiapan kendaraan. Bagi biker yang suka
merawat motornya, silahkan periksa semua elemen kendaraan anda. T-CLOCS
biasanya disebut oleh biker. Motor diperiksa dari mulai kelistrikan,
tekanan ban, lampu-lampu sinyal, suara mesin hingga bagian lainnya.
Berkendara di musim hujan sudah menyita energi, permasalahan teknis bukanlah hal yang diidamkan.
Setelah selesai pengecekan kendaraan, jangan lupa juga perlengkapan berkendara. Sarung tangan, helm, masker hingga sepatu riding yang mumpuni tentunya dibutuhkan. Oh ya, jangan lupa mengenakan celana. Baik itu yang diluar, atau celana dalam.
Perihal sepatu, mungkin bro n sis banyak
yang kurang sreg menggunakan sepatu boot di kantor. Itu sah-sah saja.
Saran penulis, jika mempunyai box, simpan sepatu di box. Saat
berkendara, tetap gunakan sepatu khusus riding. Toh nanti ketika tiba di kantor bisa diganti agar matching dengan pakaian di tempat kerja. Jika tidak punya box, ada baiknya sepatu disimpan saja di kantor, dan untuk berkendara, tetap menggunakan sepatu riding. Toh jika kena hujan, walaupun basah, sepatu cadangan di kantor siap digunakan.
Selain sepatu, penulis juga kerap
membawa sarung tangan cadangan. Seringkali, saat berangkat kerja, kita
terkena hujan. Sarung tangan pun tetap digunakan sebagai bagian dari
keselamatan berkendara. Dengan mempunyai cadangan, saat pulang, kita
tetap bisa menggunakan sarung tangan yang bersih dan hangat.
Nah yang kerapkali yang bikin miris
namun tertawa penulis adalah jas hujan. Yah kita semua tahu jenis-jenis
jas hujan. Ada yang berbentuk 1 setel baju dan celana, namun ada juga
yang berbentuk jubah. Yang baik adalah yang berbentuk 1 setel baju dan
celana. Karena dengan begitu, tidak merepotkan kita yang tengah
berkonsentrasi berkendara. Sementara yang berbentuk jubah, atau kerap
disebut Ponco, tolong jangan digunakan. Kenapa? Bukan, ini bukan soal
gengsi. Tapi lebih kepada keselamatan si pengendara itu sendiri, dan
juga orang lain disekitarnya. Seringkali penulis melihat pengendara yang
menggunakan Ponco menutupi bagian belakang motor hingga lampu belakang.
Alhasil, kita tidak tahu, apakah yang bersangkutan menurunkan laju
kecepatan, atau hendak berbelok. Semua lampu sinyal tertutup jubah
tersebut. Tidak jarang penulis memerhatikan kecelakaan kecil yang
diakibatkan oleh pengendara motor yang menggunakan jas hujan model
Ponco. Dan beberapa kali terjadi kecelakaan yang merengut nyawa karena jas hujan ini. Jadi saran penulis, gunakan jas hujan yang berbentuk 1 setel baju dan celana.
Nah jika semua sudah ok. Maka kita siap untuk menikmati wet riding alias
naik motor sambil hujan-hujanan. Kenapa sih repot? Menurut penulis, ini
bukan repot, melainkan seninya berkendara motor saat musim hujan.
Dengan persiapan yang ok, pikiran kita tidak bercabang dan panik saat
berkendara di tengah hujan. Ini penting. Kenapa? Karena kunci
keselamatan berkendara adalah pola pikir si pengendara itu sendiri.
Ketika dia tenang, makan dia akan lebih baik berkonsentrasi. Namun jika
sebaliknya, konsentrasi berkendara gampang buyar, emosional dan
mempertinggi resiko mengalami kecelakaan.
Bagaimana jika menghadapi hujan deras
disertai angin kencang, seperti yang baru-baru ini terjadi? Well,
penulis sendiri tidak serta merta selalu menembus hujan. Jika tidak
terlalu urgent kepentingannya, lebih baik melipir sejenak ke
warung kopi terdekat. Toh memaksakan diri saat hujan deras juga tidak
terlalu baik. Ingat, semakin deras hujan, semakin pendek jarak pandang.
Riskan bagi bikers.
Dan jika bro n sis ingin berteduh, yah
lebih baik seperti yang sudah penulis sampaikan sebelumnya. Berteduhlah
di warung kopi, ruko atau tempat-tempat yang tidak mengganggu lalu
lintas. Pernahkah terjebak kemacetan berjam-jam hanya karena adanya
tumpukan orang berteduh di kolong jembatan? Alangkah baiknya jika kita
berteduh di tempat yang tidak merepotkan orang lain. Biasanya, para
penghuni toko atau ruko memaklumi orang yang berteduh saat hujan.
Lalu bagaimana jika tidak ingin
berteduh? Pahami resiko berkendara saat hujan. Siapkan kendaraan dan
mental. Gunakan perlengkapan yang memadai, lalu, silahkan menikmati
berkendara saat hujan. Ingat, safety first. Have a nice wet riding….